Sisingamangaraja
PROFIL SISINGAMANGARAJA
Patuan Bosar Ompu Pulo Batu atau yang lebih dikenal dengan sebutan Si Singamangaraja XII dengan gagah berani melindungi rakyat Indonesia dari penjajahan Belanda. Bahkan, ia rela mengorbankan seluruh jiwa raga demi membela bangsa dan negaranya. Berkat pengabdiannya yang tidak terbatas itu, Si Singamangaraja XII mendapatkan gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional. Lalu, apa keistimewaan yang dimilikinya hingga layak mendapatkan gelar kehormatan tersebut? Berikut ini beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Si Singamangaraja XII hingga mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional.
Cinta Tanah Air
Rasa cinta tanah air merupakan syarat yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pahlawan. Kita tentunya sangat mencintai tanah air ini. Namun, seorang pahlawan bangsa, tentunya bisa membuktikannya dalam suatu tindakan nyata berupa pengabdian sepenuhnya kepada tanah air. Pengabdian tentunya bukan berarti yang berada di medan perang saja. Setidaknya, kita masih bisa bermanfaat dan berjuang demi kepentingan bangsa dan negara.
Hal inilah yang dilakukan oleh Si Singamangaraja XII. Bahkan, ia rela menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk membela kehormatan tanah air Indonesia. Tidak semua orang berani melakukan hal ini, bukan? Inilah salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh Si Singamangaraja XII.
Ada beberapa tindakan Si Singamangaraja XII yang menunjukkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia, di antaranya :
· Berjuang demi kepentingan bangsa dan negara. Salah satu alasan yang membuat Si Singamangaraja melakukan perlawanan kepada Belanda adalah karena ia ingin melindungi tanah kelahirannya dari keserakahan Belanda yang ingin menguasainya, serta membela kehormatan bangsanya yang direndahkan oleh Belanda.
· Berani mati. Karena berbagai perlawanan yang dilakukannya, Belanda mengancam akan membunuhnya. Pihak Belanda memberikan pilihan agar Si Singamangaraja XII menyerah. Namun, Si Singamangaraja XII memilih mati daripada harus menyerah kepada Belanda.
Gagah Berani
Tidak semua orang memiliki keberanian untuk menantang penguasa yang memiliki persenjataan yang lengkap dan pasukan yang sangat terlatih. Apalagi jika penguasa tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam suatu pemerintahan negara. Namun, hal itu tidak berlaku bagi raja Batak Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar Si Singamangaraja XII.
Indonesia yang pada saat itu tengah menderita karena penjajahan Belanda, membuat Si Singamangaraja XII tergerak untuk melakukan suatu perlawanan. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan kolonial Belanda sudah memasuki wilayah Tapanuli. Di wilayah tersebut, Belanda mulai melancarkan berbagai strategi untuk menanamkan kekuasaannya dalam menguasai beberapa wilayah di Batak.
Mengetahui hal itu, Si Singamangaraja XII mulai melakukan berbagai persiapan-persiapan untuk menghadapi perlawanan dari pihak Belanda. Pada tahun 1878, serangan dilancarkan terhadap pos pasukan Belanda di Tarutung. Sesudah itu, beberapa pertempuran berkobar di tempat-tempat lain, seperti Balige dan Bakkara. Dalam menghadapi Belanda, Si Singamangaraja XII dan pasukannya banyak mendapatkan bantuan dari hulubalang Aceh. Namun, sayangnya karena memiliki persenjataan yang tidak lengkap, Si Singamangaraja XII bersama pasukannya mengalami kekalahan. Pasukan Si Singamangaraja semakin terdesak. Akibatnya, dengan sangat terpaksa Bakkara harus ditinggalkan.
Namun, Si Singamangaraja XII tidak pernah menyerah. Si Singamangaraja XII sama sekali tidak gentar dan takut. Ia terus mengatur siasat untuk bisa mengalahkan Belanda. Hingga akhirnya, pada tahun 1884, pasukan Belanda berhasil dihancurkan. Hal ini membuat pihak Belanda sangat marah, sehingga melipatgandakan kekuatannya.
Sejak saat itu, Belanda terus mengejar Si Singamangaraja XII dan bertekad untuk membunuhnya. Ancaman Belanda ini sama sekali tidak membuat Si Singamangaraja XII takut dan lantas menyerah begitu saja. Baginya mati karena bisa membela tanah airnya merupakan suatu kehormatan.
Belanda terus menggempur benteng pertahanan Si Singamangaraja XII, termasuk markasnya yang ada di Lindong. Hingga akhirnya, Si Singamangaraja XII mati tertembak oleh pasukan Belanda.
Memiliki Toleransi Beragama yang Tinggi
Mungkin ini merupakan suatu perkara yang sepele. Namun, pada kenyataannya kita pasti pernah mendengar adanya perang saudara hanya karena perbedaan agama. Bahkan, sekarang ini sering sekali kita rasakan adanya “perang dingin” yang mengatasnamakan agama.
Pada masa itu, Si Singamangaraja XII sudah mengajarkan rasa toleransi terhadap keberagaman di Indonesia termasuk dalam hal beragama. Memang mengenai agama yang dianut oleh Si Singamangaraja XII masih mengalami kontroversi. Namun, sebagian besar masyarakat meyakini bahwa Si Singamangaraja XII adalah pemeluk agama Islam. Hal ini berdasarkan pada sikap Si Singamangaraja XII yang meminta bantuan kepada pasukan Muslim di Aceh.
Namun, Si Singamangaraja XII bukan seorang Muslim yang fanatik. Dalam arti, ia tidak pernah memaksa rakyatnya untuk mengikuti agama yang dianutnya. Demikian juga ketika Belanda datang untuk melakukan kegiatan Zending untuk penganut agama Kristen di Batak. Si Singamangaraja XII tidak pernah mengusik atau mengurusi hal itu. Si Singamangaraja XII hanya menolak kehadiran Belanda karena memiliki rencana lainnya, yaitu menguasai wilayah Tapanuli dan sekitarnya.
Demikian beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh Si Singamangaraja XII. Semoga perjuangannya dalam mengabdikan diri kepada tanah air Indonesia, bisa memotivasi kita untuk berjuang lebih baik lagi demi kemajuan bangsa dan negara.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CERPEN PAHLAWAN SISINGAMANGARAJA
Ceritanya nih, Belanda sudah berhasil menguasai berbagai tempat di daerah Sumatera. Tapi, ada dua yang belum bisa ditaklukkan. Pertama, wilayah Aceh. Dua, Tanah Batak. Mengerti apa yang sedang terjadi, Sisingamangaraja XII langsung bergerak cepat dan menggandeng berbagai elemen yang tinggal di Tanah Batak untuk mengadakan perlawanan.
Ceritanya nih, Belanda sudah berhasil menguasai berbagai tempat di daerah Sumatera. Tapi, ada dua yang belum bisa ditaklukkan. Pertama, wilayah Aceh. Dua, Tanah Batak. Mengerti apa yang sedang terjadi, Sisingamangaraja XII langsung bergerak cepat dan menggandeng berbagai elemen yang tinggal di Tanah Batak untuk mengadakan perlawanan.
Sedikit latar belakang cerita, keberhasilan utama Sisingamangaraja XII adalah betapa hebatnya dia bisa merangkul berbagai pihak, entah itu dari agama yang berbeda ataupun suku-suku Batak yang begitu variatifnya. Dimulai dari tahun 1887, hingga tiga dasawarsa kemudian, Sisingamangaraja XII terlibat dalam pertempuran dahsyat. Oh iya, kayak superhero, Sisingamangaraja XII juga punya kekuatan utama nih yaitu kebal peluru!
Yak benar, kebal peluru! Keren ya!
Sebagai seseorang yang punya banyak pengaruh, Sisingamangaraja XII terus melakukan perang berpindah-pindah. Satu hal yang perlu diingat adalah Belanda belum berhasil menancapkan kuku di Tanah Batak pada masa kepemimpinannya. Jadi, tak ada Benteng. Alhasil yang bisa dilakukan adalah terus memburu Sisingamangaraja XII kemanapun dia pergi. Jika, sang raja kalah niscaya Tanah Batak pun mudah dicengkeram. Setelah terus berhasil menemukan tempat bersembunyi, akhirnya sang raja jatuh juga.
17 Juni 1907, Sisingamangaraja XII tertembak setelah bertempur dalam jarak dekat. Eh, tapi kan dia kebal peluru MBDC! Nah, kayak Superman yang hanya bisa dikalahkan dengan Kryptonite. Sisingamangaraja XII juga punya kelemahan. Pantangannya adalah dia tak boleh terkena percikan darah. Sayangnya di perang terakhir tersebut, Sisingamangaraja XII harus menyaksikan putrinya Lopian terbunuh. Dalam suasana duka, Sisingamangaraja XII memeluk putrinya yang berlumur darah. Kekuatannya pun luntur dan Belanda berhasil mengalahkannya.
Komentar
Posting Komentar